Hadiah bagi Orang Yang Ragu Terhadap Keputusan Nabi Saw

Category: Khazanah Published: Sunday, 16 September 2012

 Hadiah bagi Orang Yang Ragu Terhadap Keputusan Nabi Saw

Oleh: Imam S.

Di zaman Rasulullah saw dulu, ada dua orang sahabat yg berselisih satu sama lain 
tentang suatu perkara. Dan mereka saling menyalahkan satu sama lain. Sehingga karena menganggap masalah ini tidak akan selesai jika mereka hanya berdebat terus menerus, maka mereka berdua memutuskan untuk mendatangi Nabi saw untuk dimintai pendapat. Maka datanglah mereka kepada Nabi saw dan menceritakan persoalan yang mereka perselisihkan. Kemudian berkatalah Nabi saw, "Kamu "A" benar, dan kamu "B" salah" demikian pendapat Nabi. Lalu mereka segera berjalan pulang. Ditengah perjalanan, si B berkata kepada si A. "Aku kurang setuju dengan pendapat Nabi" lalu si A bertanya, "lalu kau mau apa?" B menjawab "ayo kita datang ke Abu Bakr". Maka mereka berdua setuju untuk datang ke Abu Bakr menanyakan hal yg sama yang mereka tanyakan kepada Nabi saw.

 

Sesampainya mereka di tempat Abu Bakr, mereka segera menanyakan pendapat Abu bakr tentang hal tadi. Abu Bakr segera bertanya "Sudahkah kalian menemui Rasul saw?" Mereka berdua menjawab, "Sudah" Abu bakr bertanya lg "Apa pendapat Nabi saw?" Si A berkata "Menurut Nabi saw, Aku benar dan Si B salah" lalu Abu Bakr berkata "Kalau begitu aku ikut pendapat Rasul, Kau A benar dan Kau B salah" mendengar jawaban yg seperti itu, mereka berdua bergegas pulang, namun seperti tadi, Si B kembali tidak puas dengan jawaban Abu Bakr, dan berkata " Aku tidak puas dengan Jawaban Abu Bakr" lalu si A bertanya lg "Lalu, kau mau apa lagi?" Si B menjawab "Ayo kita tanya pendapat Umar" kemudian mereka sepakat mendatangi Umar. Sesampainya di tempat umar, si A menceritakan persoalan mereka kepada umar dan menanyakan pendapat umar. Tidak lupa si A menambahkan dengan cerita bagaimana mereka bertanya juga kepada Abu Bakr. Mendengar penuturan si A, Umar segera bertanya "Hai B, apa benar cerita saudaramu ini?" B menjawab, "Benar wahai Umar" Umar bertanya lagi, "Jadi benar bahwa rasul bilang engkau salah dan saudaramu A benar?" B menjawab, "Benar" umar kemudian bertanya lagi "Dan kalian sudah menemui Abu Bakr dan beliau menjawab sama dengan jawaban Rasul?" Si B menjawab "Ya benar" umar kemudian berkata "Baik, jika benar seperti itu kasusnya, tunggulah kalian berdua disini." Lalu umar masuk kedalam rumahnya. Tak lama kemudian Umar kembali dengan pedang terhunus, ia kemudian dengan tiba2 memenggal kepala si B tanpa ragu2. Sehubungan dengan kejadian ini, tak lama kemudian turunlah Ayat 65 pada surat Annisaa,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَينَهُم ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِىٓ أَنفُسِهِم حَرَجً۬ا مِّمَّا قَضَيتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسلِيمً۬ا 

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya

(An-Nisaa : 65)

Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil pada kisah turunnya ayat ini, yang pertama, kita sebagai ummat islam tidak boleh sekali2 meremehkan ato menganggap hadits ato kata2 rasul saw yang telah jelas datang dari beliau sebagai sesuatu yang kurang benar atau bahkan salah. Karena hal ini bisa dianggap kita tidak mempercayai nabi, atau tidak beriman padanya. Hikmah yang kedua, dalam persoalan apapun, jika bisa kita temukan jawabannya pada hadist-hadist Nabi saw atau ayat Al-qur'an, maka hal itu menjadi prioritas, dan seandainya kita tidak menemukan maka barulah kita boleh mencari pendapat-pendapat lain.

Namun bila sudah jelas persoalan kita dengan keterangan-keterangan kita dari hadist-hadist dan ayat Al-Qur'an, maka kita harus mempercayai sepenuhnya dan tidak diperbolehkan mengingkarinya sedikitpun. Di akhir zaman ini banyak sekali kita melihat orang yang sangat gemar sekali mencari pendapat ato nasihat-nasihat dari orang-orang yang sudah jelas kekafiran pada mereka, sementara banyak juga saudara-saudara seiman kita yg sering melecehkan bahkan menyalahkan ayat-ayat dan Hadist-hadist yg datangnya dari Nabi saw. Maka janganlah kita menyetujui mereka atau bahkan mengikuti mereka, karena sesungguhnya, tidak berimanlah orang-orang yg seperti ini. Wallahu a'lam Bishowwab.

 

Shop