Lima Pentolan Thaghut (1)

Category: Tanda-Tanda Kecil Kiamat Published: Sunday, 16 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi rahimahullah membahas tentang apa yang disebut dengan istilah thaghut di dalam tulisannya berjudul “Risalah Fi Makna At-Thaghut”. Tulisan tersebut sangat penting mengingat bahwa pesan abadi da’wah para Nabi dan para Rasul Allah‘alaihimussalam ialah ajakan tauhid yang berisi keharusan untuk menghamba kepada Allah سبحانه و تعالى semata dan menjauhi thaghut. Jadi, ada dua sisi dari perkara fundamental ini. Di satu sisi ada keharusan untuk memfokuskan ibadah (pengabdian/penghambaan) kepada Allah سبحانه و تعالى semata, dan di lain sisi ada keharusan untuk menjauhi dan mengingkari segala bentuk thaghut. Ada kewajiban ber-wala (menyerahkan kesetiaan/loyalitas) kepada Allah سبحانه و تعالى dan ada kewajiban untuk ber-baro (melepaskan diri/disasiosiasi) dari segala macam dan bentuk thaghut.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan ): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu,” (QS An-Nahl 36)

 

Dan tidak sah iman seorang muslim bila ia hanya sibuk menghamba kepada Allah سبحانه و تعالى namun ia tidak bersedia menjauhi dan mengingkari thaghut. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku muslim dikatakan ber-tauhid bilamana di satu sisi ia beribadah kepada Allah سبحانه و تعالىnamun di lain sisi ia mendekat bahkan bekerjasama dengan thaghut? Tidak sah imannya! Bukan tidak sempurna imannya, tetapi tidak sah. Mengapa? Karena ibarat coin yang memiliki dua muka, tidak dapat dikatakan coin jika hanya terdiri dari satu muka saja. Demikian pula dengan iman tauhid seorang muslim. Tidak disebut tauhid jika hanya mengandung ibadah kepada Allah سبحانه و تعالى sedangkan menjauhi dan mengingkari thaghut tidak ada. Hadirnya tauhid di dalam diri seseorang ialah ketika ia beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى dan ia menjauhi serta mengingkari berbagai jenis thaghut.

Read more: Lima Pentolan Thaghut (1)

Jika Bukan Ahlinya Yang Mengurus, Tunggulah Saat Kehancuran..!

Category: Tanda-Tanda Kecil Kiamat Published: Friday, 14 September 2012 Written by Ihsan Tandjung


إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ

قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ

فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; 'bagaimana maksud amanat disia-siakan? ' Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI - 6015)

Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di atas. "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala.

Read more: Jika Bukan Ahlinya Yang Mengurus, Tunggulah Saat Kehancuran..!

Lima Pentolan Thaghut: (4) Yang Mengaku Tahu Perkara Ghaib Selain Allah

Category: Tanda-Tanda Kecil Kiamat Published: Sunday, 16 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Tauhid terdiri atas dua sisi yang mesti hadir secara simultan. Di satu sisi ada keharusan untuk memfokuskan ibadah (pengabdian/penghambaan) kepada Allah سبحانه و تعالى semata, dan di lain sisi ada keharusan untuk menjauhi dan mengingkari segala bentuk thaghut. Ada kewajiban ber-wala(menyerahkan kesetiaan/loyalitas) kepada Allah سبحانه و تعالى dan ada kewajiban untuk ber-baro (melepaskan diri/disasiosiasi) dari segala macam dan bentuk thaghut. Inilah pesan abadi para utusan Allah سبحانه و تعالى sepanjang zaman.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An-Nahl [16] : 36)

Tidak sah iman seorang muslim bila ia hanya sibuk menghamba kepada Allah سبحانه و تعالى namun ia tidak bersedia menjauhi dan mengingkari thaghut. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku muslim dikatakan ber-tauhid bilamana di satu sisi ia beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى namun di lain sisi ia mendekat bahkan bekerjasama dengan thaghut? Tidak sah imannya! Bukan tidak sempurna imannya, tetapi tidak sah. Mengapa? Karena ibarat coin yang memiliki dua muka, tidak dapat dikatakan coin jika hanya terdiri dari satu muka saja. Demikian pula dengan iman tauhid seorang muslim. Tidak disebut tauhid jika hanya mengandung ibadah kepada Allah سبحانه و تعالى sedangkan menjauhi dan mengingkari thaghut tidak ada. Hadirnya tauhid di dalam diri seseorang ialah ketika ia beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى seraya menjauhi serta mengingkari berbagai jenis thaghut.

Read more: Lima Pentolan Thaghut: (4) Yang Mengaku Tahu Perkara Ghaib Selain Allah

Kenapa Kita Menganut Agama Islam? (bagian 1)

Category: Tanda-Tanda Kecil Kiamat Published: Sunday, 16 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Setidaknya ada sepuluh alasan mengapa kita menganut agama Islam. Kesepuluh alasan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, karena kita ingin hidup di dalam naungan ridha Allah سبحانهوتعالى . Sedangkan Allah سبحانهوتعالى telah menegaskan di dalam Kitab-Nya bahwa satu-satunya agama atu jalan hidup yang diridhai-Nya hanyalah agama Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang pernah membaca ayat di bawah ini kecuali pasti akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pilihan agama yang ia anut. Karena Allah سبحانهوتعالى hanya meridhai atau melegalisir agama Islam, bukan agama selain Islam.

 

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam."

(QS. Ali Imran [3] : 19)

 

 

Seorang Muslim sangat peduli memperoleh ridha Allah سبحانهوتعالى dalam hidupnya. Ia tidak risau jika pak RT atau pak RW atau presiden atau bahkan penguasa negara superpower sekalipun tidak ridha kepadanya. Tapi ia sangat risau jika Allah سبحانهوتعالى Penguasa langit dan bumi tidak meridhai hidupnya.

Ayat di atas bukan saja menegaskan bahwa penganut agama Islam bakal memperoleh ridha dan restu Allah سبحانهوتعالى , tetapi secara implisit juga menegaskan bahwa barangsiapa mencari agama selain Islam berarti ia hidup di dunia tanpa keridhaan Allah سبحانهوتعالى . Jika Allah سبحانهوتعالى tidak ridha kepadanya berarti ia bakal menderita kerugian di akhirat nanti. Sebab murka Allah سبحانهوتعالى menanti dirinya. Bagaimana tidak? Allah سبحانهوتعالى telah memberikan begitu banyak nikmat —lahir maupun batin— kepadanya, namun ia malah tidak bersyukur terhadap nikmat yang paling utama, yaitu hidayah agama Islam. Bukti tidak bersyukurnya ialah dia memilih agama selain Islam yang sesungguhnya menjauhkan dirinya dari Ridha Allah سبحانهوتعالى .

Read more: Kenapa Kita Menganut Agama Islam? (bagian 1)

Islam Bukan Jahiliyah - Jahiliyah Bukan Islam

Category: Tanda-Tanda Kecil Kiamat Published: Sunday, 16 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Asy-Syahid (insyaAllah) Sayyid Qutb rahimahullah menulis:

“Jadi Islam tidak berkepentingan untuk bermain-mata dan berdamai dengan berbagai pandangan jahiliyah yang ada di muka bumi ini. Tidak juga untuk berdamai-damai dengan situasi jahiliyah yang dibela di mana pun. Tidak dulu, tidak kini, dan juga di masa yang akan datang. Jahiliyah adalah jahiliyah. Jahiliyah merupakan penyimpangan dari prinsip penghambaan kepada Allah semata. Jahiliyah merupakan penyelewengan dari sosok kehidupan Ilahiah, dimana aturan, hukum, undang-undang, adat tradisi, nilai-nilai, standar nilai semuanya diambil dari sumber selain ajaran Allah. Sebaliknya Islam adalah Islam, dan fungsinya ialah mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan kepada keislaman.” (Petunjuk Jalan - hlm 188 – Penerbit Media Da’wah)

Paragraf di atas menegaskan pandangan jernih dan kokoh dari seorang Sayyid Qutb. Dan pandangannya inilah yang telah menyebabkan buku Ma’aalim Fit-Thariq (Petunjuk Jalan) menjadi sangat istimewa. Sebuah pandangan yang senantiasa menjadikan urusan aqidah sebagai barometer utama dalam menilai realitas. Pandangan yang menyibukkan diri dalam urusan fundamental kehidupan manusia, bukan urusan cabang dan ranting. Pandangan yang selaras dengan tugas dan fungsi diutusnya para Nabi dan Rasul Allah sepanjang zaman. Sebab mustahil Allah سبحانهوتعالى mengirim Nabi dan Rasul kecuali untuk menyampaikan pesan fundamental bagi kemaslahatan manusia. Para Nabi dan Rasul Allah memiliki pesan abadi yang seragam dari zaman ke zaman dari negeri ke negeri. Itulah pesan mengenai keharusan manusia menghambakan diri kepada Allah semata dan menjauhi para thaghut.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".(QS An-Nahl 36)

Tidaklah dikatakan sah tauhid seorang yang mengaku muslim bilamana ia menghambakan dirinya kepada Allah namun enggan menjauhi bahkan mengingkari thaghut. Sebab bila seorang muslim masih mendekati apalagi beriman kepada thaghut berarti ia masih rela dengan realitas jahiliyah yang ada di sekitar dirinya. Sedangkan seorang muwahhid (ahli tauhid) sejati hanya menghendaki tegaknya sebuah sistem yang selaras dengan iman-tauhidnya. Itulah sistem Islam yang bersih dari kotoran-kotoran jahiliyah. Sebab Islam bukan jahiliyah dan jahiliyah bukan Islam. Untuk itulah Sayyid Qutb selanjutnya menulis:

Read more: Islam Bukan Jahiliyah - Jahiliyah Bukan Islam

Shop